SENSITIVITAS DAN SPESITIVITAS PEMERIKSAAN DERMOSKOPI PADA TINEA KAPITIS

Authors

  • Made Wardhana
  • Ana Rachmawati Bagian/SMF Dermatologi dan Venereologi FK Universitas Udayana/RSUP Sanglah, Denpasar, Bali.
  • Martina Windari Bagian/SMF Dermatologi dan Venereologi FK Universitas Udayana/RSUP Sanglah, Denpasar, Bali.
  • IGAA Dwi Karmila Bagian/SMF Dermatologi dan Venereologi FK Universitas Udayana/RSUP Sanglah, Denpasar, Bali
  • Luh Made Mas Rusyati Bagian/SMF Dermatologi dan Venereologi FK Universitas Udayana/RSUP Sanglah, Denpasar, Bali
  • IGAA Praharsini Bagian/SMF Dermatologi dan Venereologi FK Universitas Udayana/RSUP Sanglah, Denpasar, Bali.

DOI:

https://doi.org/10.33820/mdvi.v49i1.309

Keywords:

dermoskopi, gambaran klinis, sensitivitas, spesifisitas, tinea kapitis

Abstract

Pendahuluan: Tinea kapitis adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi jamur pada kulit kepala, dengan gambaran klinis yang khas. Terdapat beberapa tipe tinea kapitis, yaitu black dot, gray patch (bentuk non-inflamasi), kerion, dan favosa (bentukinflamasi). Dermoskopimerupakan teknik noninvasif 

dan cepat, membantu menegakkan diagnosis tinea kapitis, karena setiap jenis tinea kapitis memiliki gambaran dermoskopi yang berbeda. Tujuan: Tujuan penelitian untuk menentukan sensitivitas dan spesitivitas pemeriksaan dermoskopi tinea kapitis. Metode: Penelitian merupakan uji diagnosis dengan pendekatan potong-intang. Semua pasien yang telah dilakukan pemeriksaan kalium hidroksida (KOH) diagnosis dilakukan pemerikaan dermoskopi. Hasil: Penelitian ini dilakukan terhadap 52 pasien tinea kapitis terdiri dari tipe klinis; black dot 17 pasien, gray patch 11 pasien, favosa 6 dan kerion 2 pasien. Dengan pemeriksaan dermoskopi dijumpai fitur; comma hairs 26 pasien, corkscrew hairs 15 orang, Black dots, broken hair 7 orang dan Coiled hair 4 orang. Masih ada fitur dermoskopi yang lain, tapi agak sulit mengklasifikasikan seperti peripilar casts, dystrophic dan cadaverized hairs, tubular hair cast. Kesimpulan: Dermoskopi dapat diterapkan untuk menegakkan diagnosis tinea kapitis dan dapat 

digunakan membedakan kelaian kulit kepala dan rambut yang lainnya dengan sensitivitas 81,1% dan 

spesitivitas 82,0 %.

Kata kunci: Sensitivitas, spesitivitas, dermoskopi, gambaran klinis, tinea kapitis

Downloads

Download data is not yet available.

References

1. Tirado-Sánchez A, Bonifaz A. Tinea capitis: current review of the literature. Curr Fungal Infect Rep. 2018;12(3):120–6.
2. Bontems O, Fratti M, Salamin K, Guenova E, Monod M. Epidemiology of dermatophytoses in Switzerland according to a survey of dermatophytes isolated in Lausanne between 2001 and 2018. J Fungi. 2020;6(2):1–8. Nama negara huruf kapital
3. Schechtman RC, Silva NDV, Quaresma MV, Bernardes-Filho F, Buçard AM, Sodré CT. Dermatoscopic findings as a complementary tool in the differential diagnosis of the etiological agent of tinea capitis. An Bras Dermatol. 2015;90(3):S13–5.
4. Sari AB, Widaty S, Bramono K, Miranda E, Ganjardani M. Tinea kapitis di poliklinik kulit dan kelamin RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta periode tahun 2005 – 2010. MDVI. 2012;39(3):113–7.
5. Putri AI, Astari L. Profil dan evaluasi pasien dermatofitosis. Berkala Ilmu Kesehat Kulit dan Kelamin. 2017;29(2):135–41.
6. Bertus NVP, Pandaleke HEJ, Kapantow GM. Profil dermatofitosis di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari – Desember 2012. J e-Clinic. 2015;3(2):731–4.
7. Bhat Y, Zeerak S, Kanth F, Yaseen A, Hassan I, Hakak R. Clinicoepidemiological and mycological study of tinea capitis in the pediatric population of kashmir valley: A study from a tertiary care centre. Indian Dermatol Online J. 2017;8(2):100.
8. Puri N, Puri A. A study on tinea capitis in the pre school and school going children. Dermatology Online. 2013;4(2):157–60.
9. Abdo HM, Abdel-hamed MR, Al-hosiny IM. KOH mount versus culture in the diagnosis of tinea capitis. Gulf J Dermatology Venereol. 2011;18(1):34–9.
10. Pinheiro AMC, Lobato LA, Varella TCN. Dermoscopy findings in tinea capitis: case report and literature review. An Bras Dermatol. 2012;87(2):313–4.
11. Trevethan R. Sensitivity, specificity, and predictive values: foundations, pliabilities, and pitfalls in research and practice. Front Public Heal. 2017;5:1–7.
12. Indrayan A. Medical Biostatistics, Edisi ketiga. Florida: Chapman & Hall/ CRC Press; 2012.
13. Hernández-Bel P, Malvehy J, Crocker A, Sánchez-Carazo JL, Febrer I, Alegre V. Comma hairs: A new dermoscopic marker for tinea capitis. Actas Dermosifiliogr. 2012;103(9):836–7.
14. Hughes R, Chiaverni C, Bahadoran P, Lacour J-P. Corkscrew Hair: A new dermoscopic sign for diagnosis of tinea capitis in black children. Arch Dermatol. 2011;147(3):355–6.
15. Lin YT, Li YC. The dermoscopic comma, zigzag, and bar code-like hairs: Markers of fungal infection of the hair follicles. Dermatologica Sin. 2014;32(3):160–3.
16. Bourezane Y, Bourezane Y. Trichoscopy and tinea capitis: comma and corkscrew hairs. J Cosmetol Trichology. 2016;2(2):2–3.
17. Errichetti E, Stinco G. Dermoscopy as a useful supportive tool for the diagnosis of pityriasis amiantacea-like tinea capitis. Dermatol Pract Concept. 2016;6(3):63–5.
18. Isa RI, Amaya BY, Pimentel MI, Arenas R, Tosti A, Cruz AC. Dermoscopy in tinea capitis: A prospective study on 43 patients. Med Cutan Ibero Lat Am. 2014;42(1–3):18–22.

Published

2022-07-06

How to Cite

Wardhana, M., Rachmawati, A., Windari, M., Karmila, I. D., Rusyati, L. M. M., & Praharsini, I. (2022). SENSITIVITAS DAN SPESITIVITAS PEMERIKSAAN DERMOSKOPI PADA TINEA KAPITIS. Media Dermato-Venereologica Indonesiana, 49(1), 11–16. https://doi.org/10.33820/mdvi.v49i1.309

Issue

Section

Artikel Asli

Similar Articles

You may also start an advanced similarity search for this article.