Peran Debridement Dalam Manajemen Nekrolisis Epidermal Toksik Pada Pasien Rawat Inap Di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Tahun 2005-2015: Studi Retrospektif
DOI:
https://doi.org/10.33820/mdvi.v45i3.26Abstract
Nekrolisis epidermal toksik (NET) merupakan penyakit yang dapat mengancam jiwa. umumnya disebabkan karena efek simpang obat, ditandai dengan kulit kemerahan dan epidermolisis, disertai dengan konjungtivitis dan keterlibatan mukosa orifisium baik oral, genital maupun perianus. Tatalaksana NET hingga sekarang masih merupakan masalah. Banyak pasien dikelola secara konservatif dan membutuhkan waktu perawatan yang sangat lama. Sebaliknya pada sebagian pasien dikelola seperti pasien luka bakar yang pada umumnya memerlukan debridement agar luka sembuh dengan segera. Namun untuk beberapa alasan, debridement masih diperdebatan dalam tata laksana NET.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peranan debridement dalam pengelolaan NET dari sudut pandang lama rawat inap pasien di RSUD Prof.dr. Margono Soekarjo pada tahun 2005 – 2015.
Pada penelitian ini dilakukan analisis retrospektif data yang didapat dari catatan medis pasien NET yang dirawat pada tahun 2005 – 2015. Data yang diambil meliputi persentase luas permukaan tubuh yang terlibat, dan lama rawat inap. Analisis dilakukan dengan menggunakan t-test.
Dua puluh tujuh pasien dengan diagnosis NET, baik yang dilakukan debridement maupun tidak, diikutsertakan dalam penelitian ini. Pada pasien NET dengan luas permukaan tubuh yang terlibat sebesar 30-50%, lama rawat inap pasien yang dilakukan debridement lebih singkat secara bermakna (p=0,032) dibandingkan dengan pasien yang tidak dilakukan debridement. Sedangkan pada pasien dengan luas permukaan yang terlibat sebesar 50-80% secara statistik tidak menunjukkan perbedaan bermakna di antara keduanya (p=0,121), meskipun pasien yang dilakukan debridement lama rawat inapnya lebih singkat.
Debridement dapat mengurangi lama rawat inap pada tata laksana NET. Tidak hanya mengurangi lama rawat inap tetapi juga memberikan hasil yang lebih baik bagi pasien dan mengurangi risiko indeksi sekunder. Dapat diusulkan debridement sebagai salah satu protokol tata laksana pasien NET.
 Kata kunci: nekrolisis epidermal toksik, debridement, lama rawat inap
Downloads
References
2. Djuanda A, Hamzah M. Nekrolisis Epidermal Toksis. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, penyunting. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-5. Jakarta: FKUI; 2009.h.166-8.
3. Cohen V. Toxic epidermal necrolysis. Medscape. Updated: December 14,2016. Available online: http://emedicine.medscape.com/article/229698-overview.
4. Pereira VA, Mudgil AV, Rosmarin DM. Toxic epidermal necrolysis. J Am Acad Dermatol. 2007;56(2):181-200.
5. Harr T, French. Stevens-Johnson syndrome and toxic epidermal necrolysis. Chem Immmunol Allergy. 2012;97:149-66.
6. Struck MF, Hilbert P, Mockenhaupt M, Reichelt B, Steen M. Severe cutaneous adverse reaction: emergency approach to non-burn epidermolytic syndrome. Intensive Care Med. 2010;36(1):22-32.
7. Kinoshita Y, Saeki H. A review of toxic epidermal necrolysis management in Japan. Alergol Int. 2017;66(1):36-41.
8. Dillon CK, Lloyd MS, Dzeiwulski P. Accurate debridementt of toxic epidermal necrolysis using Versajet. Burns. 2010;36(4):581-4.
9. Widgerow AD. Stevens-Johnson syndrome and toxic epidermal necrolysis: topical treatment influencing systemic responsse. Wound Healing Southern Africa, 2011; 4:17-24.
10. Spies M, dkk. Treatment of extensive toxic epidermal necrolysis in children. Pediatrics. 2001;108(5):1162-8.