Sifilis Maligna Pada Pasien Human Immunodeficiency Virus
DOI:
https://doi.org/10.33820/mdvi.v48i2.167Abstract
Sifilis maligna merupakan bentuk varian berat sifilis sekunder. Pada Pasien human immunodeficiency virus (HIV), perjalanan sifilis dapat menjadi atipikal dan lebih agresif, oleh karena itu varian ini sering ditemukan pada Pasien HIV. Mekanisme pasti perkembangan sifilis maligna hingga saat ini masih belum jelas, namun diduga berhubungan dengan imunosupresi, respon imun host yang tidak tepat, atau strain virulen Treponema pallidum. Ruam berupa papula dan plak berkrusta atau bersisik yang dapat berkembang menjadi ulkus atau lesi nekrotik (lesi rupioid), yang sering dikaitkan dengan tingginya titer nontreponemal dan disertai gejala sistemik. Berikut kami laporkan seorang Pasien HIV dengan plak nodul yang disertai ulseronekrotik tersebar di seluruh tubuh, serta memiliki hasil titer serologi sifilis yang tinggi. Berdasarkan gambaran klinis, serologi, dan patologi, Pasien didiagnosis sifilis maligna. Resolusi lesi kulit tampak signifikan setelah pemberian terapi Benzathine Penicillin. Dengan meningkatnya kasus koinfeksi sifilis dan HIV, penting untuk mengenali dan mendiagnosis sifilis maligna secara dini dan memberikan pengobatan yang tepat.
Kata kunci : Sifilis maligna, Lues maligna, HIV, koinfeksi
Downloads
References
2. Chang, W. T., Hsieh, T. T., & Wu, Y. H. Malignant syphilis in human immunodeficiency virus-infected patients. Dermatologica Sinica. 2015. 33(1), 21-25.
3. Daili, SF., Indriatmi W., Wiweko SN., Dewi H., Tanudjaya F., Wignal S., Anarti A. Pedoman Tatalaksana Sifilis Untuk Pengendalian Sifilis di Layanan Kesehatan Dasar. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. 2013.
4. Jarzebowski W, Caumes E, Dupin N, Farhi D, Lascaux AS, Piketty C, et al. Effect of early syphilis infection on plasma viral load and CD4 cell count in human immunodeficiency virus–infected men: results from the FHDH-ANRS CO4 cohort. Arch Intern Med. 2012;172(16):1237-1243.
5. World Health Organization. WHO guidelines for the treatment of Treponema pallidum (syphilis). 2016.
6. Workowski, K. A. Centers for Disease Control and Prevention sexually transmitted diseases treatment guidelines. Clinical Infectious Diseases, 61(suppl_8), 2015. S759-S762.
7. Tuddenham S.A., Zenilman J.M. Syphilis. In: Kang S., Amagai M., Brucker., A.L., Enk., A.H., Margolis D.J., Mc Michael A.J et al. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 9th ed. New York: McGraw-Hill; 2019. Part 26. Chapter 170. p3145-3168
8. Sammet, S., & Draenert, R. Case report of three consecutive lues maligna infections in an HIV-infected patient. International Journal of Std & Aids. 2017. 28(5), 523-525.
9. Pradhan, S., Sirka, C. S., Panda, M., & Baisakh, M. Lues maligna in an immunocompetent female. Indian dermatology online journal. 2018. 9(5), 344.
10. Johnson, R. A., & Spivak, A. M. Lues Maligna. In Open Forum Infectious Diseases. Vol. 4, No. 3. Oxford University Press. July. 2017
11. Devkota, A. R., Ghimire, R., Sam, M., & Aung, O. Malignant syphilis as an initial presentation of underlying HIV infection: a case report. British Journal of Medical Practitioners. 2015. 8(2), 34-37.
12. Rapini, R.P. Practical Dermatopathology. Bacterial diseases. Syphilis. 2nd edition. Elseiver Health Sciences. 2012. Houston. USA. Chapter 12. P185-192
13. Murtiastutik D. Sifilis. Buku ajar Infeksi Menular Seksual. Airlangga University Press. Surabaya. 2008. p136-148
14. Kelly, J. D., LeLeux, T. M., Citron, D. R., Musher, D. M., & Giordano, T. P. Ulceronodular syphilis (lues maligna praecox) in a person newly diagnosed with HIV infection. Case Reports, 2011. bcr1220103670.