PENGARUH FASE MENSTRUASI TERHADAP DERAJAT AKNE VULGARIS MAHASISWI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
DOI:
https://doi.org/10.33820/mdvi.v46i1.47Abstract
Akne vulgaris merupakan penyakit inflamasi kronik unit pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, pustul, nodul dengan tempat predileksi di wajah, lengan bagian atas, dada, dan punggung, yang sering terjadi pada remaja serta dewasa muda. Akne vulgaris pada wanita dapat dipengaruhi oleh hormon yaitu pada saat premenstruasi terjadi penurunan hormon estrogen dan peningkatan hormon progesteron yang dapat memperberat akne vulgaris.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan fase menstruasi dengan derajat akne vulgaris. Dilakukan penelitian analitik observasional pada 89 mahasiswa yang menderita akne vulgaris. Penilaian derajat akne vulgaris menggunakan kriteria Lehmann saat premenstruasi dan pascamenstruasi. Subjek penelitian terdiri atas remaja usia 17 sampai 21 tahun. Uji Marginal Homogeneity menunjukkan hubungan yang bermakna antara fase menstruasi dengan derajat akne vulgaris dengan nilai p=0,001.
Kata Kunci: Akne vulgaris, fase menstruasi, derajat akne vulgaris.
Downloads
References
2. Rimadhani M, Rahmadewi. Oral antibioticvin acne vulgaris patients: restrospective study. BIKKK. 2015;27(2):84-9.
3. Kumala YD, Rifiq A, Murlistyarini S. Kadar interleukin-12 serum pada berbagai derajat keparahan akne vulgaris di RSU Dr. Saiful Anwar Malang. JKM. 2016;1(3):120-9.
4. Moneam AA, Eddin W MHD N, Taqi AMGM, Lafta AR, Shamssain M, Shahwan M, dkk. The Prevalence and Factor Affecting Acne Vulgaris Among University Students. EJPMR 2016; 3 (6):101-7.
5. James WD. Clinical practice Acne. N Eng J Med 2005; 352 (14): 1463-72.
6. Inoue T, Miki Y, Kakuo S, Hachiya A, Kitahara T, Alba S, et al. Expression of Steroidogenic Enzymes in Human Sebaceous Glands. J Endocrinol. 2014; 222, 301-12.
7. Ayudianti P, Indramaya DM. Retrospective: factors aggravating acne vulgaris. BIKKK. 2014;26(1):41-7.
8. Raghunanth RS, Venables ZC, Millington GWM. The menstrual cycle and the skin. CED. 2015;40(2):111-5.
9. Siregar EDU. The correlation between menstrual cycle disorder with existence acne vulgaris on student of integrated islamic high school of nur hidayah kartasura. Biomedika.2017;8(2):20-4.
10. Samsulhadi. Haid dan Siklusnya. Dalam: Prawirohardjo S. Ilmu kandungan edisi 3. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2011. h.73-91.
11. Lehmann HP, Robinson KA, Andrews JS, Holloway V, Goodman SN. Acne therapy: a methodologic review. J Am Acad Dermatol. 2003;47:231-40.
12. Dahlan MS. Besar sampel dan cara pengambilan sampel dalam penelitian kedokteran dan kesehatan edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.2013. h.19-24.
13. Elsaie ML. Clinical, cosmetic and investigational dermatology: Hormonal treatment of acne vulgaris: an update. PMC. 2016:9:241-8.
14. Bakry OA, Shazly RMAE, Farargy SME, Kotb D. Role of hormones and blood lipids in the pathogenesis of acne vulgaris in non-obese, non-hirsute famales. Indian Dermatol Online J. 2014: 5(1):9-16.
15. Webster GF. Overview of the Pathogenesis of Acne. in: Webster GF, Raulings AV. Acne and itsTherapy series 40. New York: SUNY Donwstate Medical Center, 2007.h.1-8
16. Astuti DW. Hubungan antara menstruasi dengan angka kejadian akne vulgaris pada remaja [Tesis]. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro; 2011.
17. Aprillia E. Hubungan antara menstruasi dengan eksaserbasi akne vulgarisp pada santriwati pondok pesantren modern islam assalam surakarta [Tesis]. Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2010.
18. Kundre RM. Hubungan keteraturan siklus menstruasi dengan kejadian akne vulgaris pada mahasiswa semester II di program studi ilmu keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. 2016;4(2).
19. Sitohang IBS, Wasitatmaja SM. Akne Vulgaris. Dalam: Menaldi SLWS, Bramono K, Indriani W. Ilmu penyakit kulit dan kelamin edisi ke tujuh. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015. h. 288-92