KASUS SERIAL: EFEKTIVITAS TERAPI DERMATITIS SEBOROIK BERDASARKAN PANDUAN PENGOBATAN 2017

Authors

  • Rhida Sarly Amalia
  • Dini Daniaty
  • Sandra Widaty

DOI:

https://doi.org/10.33820/mdvi.v49i3.430

Keywords:

dermatitis seboroik, obat anti jamur, anti-inflamasi nonsteroid, SDASI

Abstract

Dermatitis seboroik (DS) merupakan penyakit kulit inflamasi di area seboroik dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya, antara lain interaksi flora normal dan kerentanan individu. Perjalanan penyakit DS kronis dan rekuren, sehingga penting mengetahui efektivitas terapi yang diberikan. Laporan kasus ini bertujuan mengetahui efektivitas terapi DS dengan modalitas baru berdasarkan Konsensus Asia 2016 dan Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) DS 2017, dengan pilihan pengobatan lini pertama yaitu obat topikal anti jamur golongan azol, diikuti kortikosteroid topikal. Dilaporkan lima kasus pasien DS dewasa dengan lesi di area skalp yang berobat di poliklinik Dermatologi dan Venereologi RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) periode tahun 2017-2020 yang terdokumentasi pada rekam medis. Keparahan DS dinilai dengan skor Seborrheic Dermatitis Area Severity Index (SDASI) dan pilihan terapi diberikan sesuai dengan skor SDASI. Didapatkan hasil bahwa seluruh pasien telah ditatalaksana sesuai dengan Konsensus Asia 2016 dan PNPK  2017. Disimpulkan bahwa Konsensus Asia 2016 dan PNPK 2017 dapat digunakan sebagai algoritama terapi DS, dengan hasil sembuh atau perbaikan. Pengobatan DS ringan dengan menggunakan Obat Anti Jamur (OAJ) topikal dan DS sedang dengan kortikosteroid topikal menunjukkan hasil yang baik. Beberapa pasien mengalami rekurensi, hal ini dapat dikarenakan adanya faktor pencetus serta komorbid pada pasien yang belum teratasi.

Downloads

Download data is not yet available.

References

1. Suh D. Seborrheic Dermatitis. Dalam: Kang S, Amagai M, Bruckner AL, Enk AH, Margolis DJ MA, editor. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. Edisi 9. New York: McGraw-Hill; 2019. h. 428–37.
2. Widaty, S. Bramono, K. Kariosentono, H. Pandaleke, Adiguna, Kartowigno S. Pedoman nasional pelayanan kedokteran tata laksana dermatitis seboroik. Jakarta: Centra Communications; 2017. h. 1–27.
3. Data kunjungan Poliklinik Kulit dan Kelamin Divisi Dermatologi Umum RSCM. Jakarta; 2020.
4. Kibar M, Aktan Ş, Bilgin M. Dermoscopic findings in scalp psoriasis and seborrheic dermatitis; two new signs; signet ring vessel and hidden hair. Indian J Dermatol. 2015;60:41–5.
5. Borda LJ, Perper M, Keri JE. Treatment of seborrheic dermatitis: a comprehensive review. J Dermatolog Treat. 2019;30:158–69.
6. Wikramanayake TC, Borda LJ, Miteva M, Paus R. Seborrheic dermatitis—Looking beyond Malassezia. Exp Dermatol. 2019;28:991–1001.
7. Sanders M, L P, Franco O, R G, T N. Prevalence and determinants of seborrheic dermatitis in a middle aged and elderly population: the rotterdam study. Br J Dermatol. 2017;178(1):148-53
8. Tello-Ibáñez OO, Fabián-San MG, Arenas R, Guevara-Cervantes JF, Fernández R. Dermatitis seborreica y malassezia. elración en pacientes con diabetes mellitus tipo 2. Med Interna Mex. 2016;32:185–9.
9. Imamoglu B, Hayta SB, Guner R, Akyol M, Ozcelik S. Metabolic syndrome may be an important comorbidity in patients with seborrheic dermatitis. Metab Syndr may be an important comorbidity patients with seborrheic dermatitis. 2016;1:158–61.

Published

2023-04-12

How to Cite

Amalia, R. S., Daniaty, D., & Widaty, S. (2023). KASUS SERIAL: EFEKTIVITAS TERAPI DERMATITIS SEBOROIK BERDASARKAN PANDUAN PENGOBATAN 2017. Media Dermato-Venereologica Indonesiana, 49(3), 163–167. https://doi.org/10.33820/mdvi.v49i3.430