Resistensi Antibiotik Pada Pengobatan Akne Vulgaris
DOI:
https://doi.org/10.33820/mdvi.v45i2.24Abstract
Akne vulgaris merupakan inflamasi kronis pada unit pilosebasea, terutama terjadi pada masa pubertas dengan penyebab multifaktor. Selama ini, penggunaan antibiotik melawan Propionibacterium acnes (P. acnes) telah menjadi pilihan pada terapi akne vulgaris derajat sedang hingga berat. Efek penting antibiotik sebagai anti bakteri dan anti inflamasi pada akne vulgaris masih belum jelas. Penggunaan antibiotik jangka panjang dapat menyebabkan peningkatan terjadinya resistensi, khususnya golongan makrolid. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan resistensi di antaranya pemberian obat yang tidak rasional, monitoring terbatas, kesalahan pemakaian antibiotik, dan transmisi komunitas. Faktor lain yang diduga dapat menyebabkan resistensi antibiotik adalah pembentukan biofilm yang dihasilkan oleh bakteri, sehingga peranannya pada akne vulgaris perlu diketahui. Untuk mencegah meningkatnya resistensi terhadap antibiotik pada pasien akne vulgaris perlu dilakukan berbagai upaya. Berdasarkan The global alliance to improve outcomes in acne, penggunaan antibiotik oral dan topikal tidak dianjurkan secara monoterapi atau bersamaan. Pemberian terapi kombinasi dengan retinoid topikal dan anti mikroba lain (misalnya benzoil peroksida) dianjurkan sebagai terapi lini pertama pada pasien dengan akne vulgaris derajat sedang dan berat.
Kata kunci: akne vulgaris, antibiotik, resisten.
Downloads
References
2. Zaenglein AL, Graber EM, Thiboutot DM. Acne vulgaris and acneiform eruptions. Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, sLeffel DJ, penyunting. Fitzpatrick Dermatology in general medicine. Edisi ke-8. New York: McGraw Hill; 2012.h.897-917.
3. Walsh TR, Efthimiou J, Dréno B. Systematic review of antibiotic resistance in acne: an increasing topical and oral threat. Lancet Inf Dis. 2016:1-11.
4. Tan JKL, Bhate K. A global perpective on the epidemiology of acne. Brit J Dermatol. 2015;172:3-13.
5. Bowe WP, Shalita AR. Introduction: epidemiology, cost, and psychosocial implication. Dalam: Shalita RA, Rosso JQ, Webster GS, penyunting. Acne Vulgaris. Edisi ke-1. New-York: Informa Healthcare; 2011h.1-3.
6. Zaenglein AL, Pathy AL, Schlosser BJ, Alikan A. Guidelines of care for the management of acne vulgaris. J Am Acad Dermatol. 2016;2:1-15.
7. Nast A, Dreno B, Degitz K, Erdman R, Finlay Y. European evidence based guidelines for the treatment of acne. JEADV. 2012;26:1-29.
8. Shah J, Parmar D. A complete review on acne vulgaris. JAMDSR. 2015;3:20-24.
9. Kelompok Studi Dermatologi Kosmetik Indonesia. Indonesian Acne Expert Meeting. 2012.
10. Galderma Media Center Antibiotic resistance and acne treatment Tackling the challenge. 2014:1-5.
11. Luk MT, Hui M, Lee CS, Fu LH, Liu ZH, Lam LY, dkk. Antibiotic-resistant Propionibacterium acnes among acne patients in a regional skin centre in Hong Kong. JEADV. 2011:1-6.
12. Zaenglein AL, Thiboutot DM. Expert Committee Recommen-dations for Acne Management. Pediatrics.2006;118(3):1188-99
13. Dreno B, Bettoli V, Ochsendorf F, Layton A, Mobacken H, Degreef H. European recommendations on the use of oral antibiotics for acne. Eur J Dermatol. 2004;14:391-9.
14. Chadha T. Bacterial Biofilms: Survival Mechanisms and Antibiotic Resistance. J Bacteriol Parasitol. 2014;5:3
15. Zaenglein AL, Pathy AL, Schlosser BJ, Alikhan A, Baldwin HE, Berson DS, dkk. Guidelines of care for the management of acne vulgaris. J Am Acad Dermatol.2016;74:945-73.