Media Dermato-Venereologica Indonesiana https://ojs.perdoski.id/index.php/mdvi <p><strong>Media Dermatolo-Venereologica Indonesiana (MDVI)</strong> merupakan jurnal ilmiah yang dikelola sesuai dengan <span class="s1"><em>Committee on Publication Ethics (</em><strong><em>COPE</em></strong><em>)’s Principles of Transparency and Best Practice in Scholarly Publishing</em></span><em>.</em> MDVI dikelola oleh dewan redaksi dan melibatkan mitra bebestari. Mitra bebestari merupakan para pakar di bidangnya yang ditunjuk dengan surat penugasan, serta berada di luar dari Dewan Redaksi.<span class="Apple-converted-space"> </span></p> <div style="border: 4px #1b440c Dashed; padding: 10px; background-color: #fff; text-align: left;"> <table width="660"> <tbody> <tr> <td width="100px"><strong>Journal Title</strong></td> <td>: Media Dermato-Venereologica Indonesiana</td> </tr> <tr> <td width="100px"><strong>Initials</strong></td> <td>: MDVI</td> </tr> <tr> <td width="100px"><strong>Frequency</strong></td> <td>: </td> </tr> <tr> <td width="100px"><strong>E-ISSN</strong></td> <td>: 2656-7482 (<a href="https://issn.brin.go.id/terbit/detail/1548148910" target="_blank" rel="noopener">0005.26567482/JI.3.1/SK.ISSN/2019.04</a>)</td> </tr> <tr> <td width="100px"><strong>Chief Editor</strong></td> <td>:</td> </tr> <tr> <td width="100px"><strong>DOI</strong> <strong>Prefix</strong></td> <td>: 10.33820</td> </tr> <tr> <td width="100px"><strong>Publisher</strong></td> <td>: Perdoski</td> </tr> <tr> <td width="100px"><strong>Accreditation</strong></td> <td>: Sinta 4</td> </tr> </tbody> </table> </div> <p class="head-menu"><a>INDEXED :</a></p> <table style="width: 100%;"> <tbody> <tr> <td style="width: 19.5462%;"><img src="https://jurnal.padangtekno.com/public/site/images/adminjurnal/1.png" alt="" width="148" height="59" /></td> <td style="width: 19.5462%;"><a href="https://garuda.kemdikbud.go.id/journal/view/30298" target="_blank" rel="noopener"><img src="https://jurnal.padangtekno.com/public/site/images/adminjurnal/2.png" alt="" width="168" height="67" /></a></td> <td style="width: 19.5462%;"><img src="https://journal.yaimpi.org/public/site/images/yaimpi/3.png" alt="" width="188" height="75" /></td> <td style="width: 19.5462%;"><img src="https://jurnal.padangtekno.com/public/site/images/adminjurnal/5.png" alt="" width="140" height="56" /></td> <td style="width: 19.5462%;"><img src="https://jurnal.padangtekno.com/public/site/images/adminjurnal/11.png" alt="" width="143" height="57" /></td> </tr> <tr> <td style="width: 19.5462%;"><img src="https://jurnal.padangtekno.com/public/site/images/adminjurnal/7.png" alt="" width="148" height="59" /></td> <td style="width: 19.5462%;"><img src="https://jurnal.padangtekno.com/public/site/images/adminjurnal/8.png" alt="" width="168" height="67" /></td> <td style="width: 19.5462%;"><img src="https://jurnal.padangtekno.com/public/site/images/adminjurnal/4.png" alt="" width="153" height="61" /></td> <td style="width: 19.5462%;"><img src="https://jurnal.padangtekno.com/public/site/images/adminjurnal/6.png" alt="" width="141" height="56" /></td> <td style="width: 19.5462%;"><img src="https://jurnal.padangtekno.com/public/site/images/adminjurnal/16.png" alt="" width="115" height="46" /></td> </tr> <tr> <td style="width: 19.5462%;"><img src="https://journal.yaimpi.org/public/site/images/yaimpi/12.png" alt="" width="175" height="70" /></td> <td style="width: 19.5462%;"><img src="https://journal.yaimpi.org/public/site/images/yaimpi/13.png" alt="" width="168" height="67" /></td> <td style="width: 19.5462%;"><img src="https://journal.yaimpi.org/public/site/images/yaimpi/15.png" alt="" width="155" height="62" /></td> <td style="width: 19.5462%;"><img src="https://journal.yaimpi.org/public/site/images/yaimpi/clarivate-new.png" alt="" width="150" height="60" /></td> <td style="width: 19.5462%;"><img src="https://journal.yaimpi.org/public/site/images/yaimpi/jurnaltocnew.png" alt="" width="145" height="58" /></td> </tr> <tr> <td style="width: 19.5462%;"><img src="https://jurnal.padangtekno.com/public/site/images/adminjurnal/9.png" alt="" width="136" height="54" /></td> <td style="width: 19.5462%;"><img src="https://jurnal.padangtekno.com/public/site/images/adminjurnal/17.png" alt="" width="115" height="46" /></td> <td style="width: 19.5462%;"><img src="https://jurnal.padangtekno.com/public/site/images/adminjurnal/10.png" alt="" width="150" height="60" /></td> <td style="width: 19.5462%;"><img src="https://jurnal.padangtekno.com/public/site/images/adminjurnal/14.png" alt="" width="133" height="53" /></td> <td style="width: 19.5462%;"><img src="https://jurnal.padangtekno.com/public/site/images/adminjurnal/20.png" alt="" width="135" height="54" /></td> </tr> </tbody> </table> en-US mdviperdoski2@gmail.com (Sekretariat MDVI) mdviperdoski2@gmail.com (Reza Maulana Sopian) Mon, 30 Sep 2024 15:47:02 +0000 OJS 3.2.1.5 http://blogs.law.harvard.edu/tech/rss 60 SKRINING PADA KANKER KULIT https://ojs.perdoski.id/index.php/mdvi/article/view/423 <p><em>Tingginya insiden, prevalensi, morbiditas, dan mortalitas kanker kulit telah menjadi permasalahan kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Skrining kanker kulit dilakukan sebagai salah satu upaya dalam mengurangi beban kanker kulit yang ditimbulkan. Skrining kanker kulit meliputi total body skin examination yang bersifat non-invasif, mudah, cepat, dan hemat biaya bila dibandingkan dengan skrining untuk kanker lainnya. Akan tetapi, efektivitas skrining kanker kulit pada tingkat populasi masih diperdebatkan. Tenaga kesehatan, khususnya dokter spesialis kulit berperan penting dalam pelayanan skrining kanker kulit. Pengetahuan lebih lanjut mengenai skrining kanker kulit, rekomendasi, dan berbagai teknik pendekatan diagnostik sangat diperlukan untuk memajukan program skrining kanker kulit.<span class="Apple-converted-space"> </span></em></p> Inadia Putri Chairista, Larisa Paramitha, Adhimukti T Sampurna, RR Inge Ade Krisanti, Danang T Wahyudi, Aida SD Hoemardani, Yufanti Sujudi, Lili Legiawati Copyright (c) 2024 Inadia Putri Chairista, Lili Legiawati, Yufanti Sujudi https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 https://ojs.perdoski.id/index.php/mdvi/article/view/423 Mon, 30 Sep 2024 00:00:00 +0000 DIAGNOSIS DAN TATA LAKSANA TERKINI PITIRIASIS ROSEA https://ojs.perdoski.id/index.php/mdvi/article/view/389 <p><em>Pitiriasis rosea (PR) merupakan kelainan kulit jinak akut papuloskuamosa yang swasirna. Kejadian PR di seluruh dunia dilaporkan sebanyak 0,3 - 1,2%. Infeksi human herpes virus (HHV) 6, 7, dan beberapa obat diduga sebagai pencetus PR. Gejala klinis diawali lesi primer berupa herald patch, diikuti lesi sekunder berukuran lebih kecil yang tersebar pada garis Langer (lipatan tubuh), dapat meluas ke lengan dan paha atas. Klasifikasi PR terbagi menjadi tipikal dan atipikal berdasarkan keberadaan herald patch, lokasi lesi, morfologi lesi, dan perjalan penyakit. Diagnosis PR dapat ditegakkan berdasarkan tiga kriteria, yaitu: kriteria esensial, opsional, dan eksklusi. Derajat keparahan PR ditentukan dengan Pityriasis Rosea Severity Score (PRSS). Pemeriksaan dermoskopi dan histopatologis dapat membantu dalam mendiagnosis PR. Gambaran dermoskopi yang dilihat di antaranya: background, warna skuama, susunan skuama, dan pola pembuluh darah. Pemeriksaan histopatologis merupakan baku emas. Terapi PR di antaranya antihistamin, kortikosteroid, asiklovir, makrolida, dan narrowband UVB (NB UVB) phototerapy. Berdasarkan studi dengan Level of Evidence (LoE) tertinggi asiklovir dianggap aman dan efektif dalam mengobati PR pada fase awal dengan cara meredakan eritema pada lesi lama dan mengurangi jumlah lesi baru.</em></p> Keyko Putri Prayogo, Ika Dwi Anggraini Copyright (c) 2024 Keyko Putri Prayogo https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 https://ojs.perdoski.id/index.php/mdvi/article/view/389 Mon, 30 Sep 2024 00:00:00 +0000 TATA LAKSANA HIPERPIGMENTASI PADA AREA LIPATAN https://ojs.perdoski.id/index.php/mdvi/article/view/393 <p><em>Hiperpigmentasi pada area lipatan merupakan salah satu gangguan pigmentasi kulit yang menyebabkan seseorang melakukan konsultasi dermatologis, karena hiperpigmentasi ini menjadi masalah kosmetik yang memengaruhi seseorang baik secara emosional maupun psikologis. Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan hiperpigmentasi pada area lipatan, seperti hiperpigmentasi pasca inflamasi, acanthosis nigricans, lichen planus pigmentosus, prurigo pigmentosa, gangguan endokrin, dan kondisi lainnya. Tata laksana hiperpigmentasi pada area lipatan memerlukan banyak modalitas dan waktu pengobatan yang berkepanjangan sehingga membutuhkan kesabaran. Tata laksana meliputi tindakan pencegahan, terapi medikal, pengelupasan kimiawi, serta terapi laser. Pencegahan dapat dilakukan dengan menghilangkan kemungkinan penyebab timbulnya hiperpigmentasi. Pengobatan topikal termasuk hidrokuinon (sendiri atau dalam kombinasi dengan agen lain), desonide, retinoid, asam azaleat, asam kojik, arbutin, dan niacinamide. Pengelupasan kimiawi menggunakan asam glikolat, asam salisilat, asam trikloroasetat (TCA), asam laktat, tretinoin, dan resorsinol. Pengobatan berupa terapi laser efektif untuk hiperpigmentasi dengan menunjukkan perbaikan klinis yang bertahan lebih lama. Makalah ini memaparkan tata laksana yang tepat pada hiperpigmentasi area lipatan.</em></p> Nabila Adani Lubis, Nelva Karmila Jusuf Copyright (c) 2024 Nabila Adani Lubis, Nelva Karmila Jusuf https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 https://ojs.perdoski.id/index.php/mdvi/article/view/393 Mon, 30 Sep 2024 00:00:00 +0000 ERITEMA MULTIFORME SEBAGAI SUATU REAKSI HIPERSENSITIVITAS TERHADAP TERAPI AUTOIMUN SISTEMIK: SUATU LAPORAN KASUS https://ojs.perdoski.id/index.php/mdvi/article/view/477 <p><strong><em>Pendahuluan: </em></strong><em>Eritema multiforme (EM) merupakan penyakit inflamasi mukokutan akut bermanifestasi pada kulit, mukosa oral, dan mukosa lainnya. EM dapat disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas maupun infeksi dengan tanda khas patognomonik berupa cincin konsentris terdiri dari lapisan luar eritematosa dengan pinggiran pucat dan pusat berwarna merah hingga ungu tua yang disebut lesi target.</em><strong><em> Kasus: </em></strong><em>Pasien wanita 44 tahun, dengan keluhan bercak kemerahan terasa gatal timbul mendadak di area dada, meluas ke wajah dan kedua ekstremitas disertai mata berair. Pasien memiliki riwayat lupus eritematosus sistemik (SLE) dan mengkonsumsi Obat anti-inflamasi nonsteroid (OAINS). Dari pemeriksaan fisik, ditemukan lesi makula, papul, dan plak eritem dengan lesi target multipel tersebar diskret. Tata Laksana dengan pemberian kortikosteroid sistemik, emolien topikal, dan antihistamin oral menunjukkan perbaikan tanda serta gejala klinis yang signifikan dalam satu hari pengobatan. </em><strong><em>Diskusi: </em></strong><em>Kasus ini menunjukkan EM yang disebabkan oleh reaksi alergi obat. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis komprehensif, gambaran klinis, dan hasil laboratorium. Obat yang dicurigai sebagai penyebab alergi kemudian dianalisis dengan menggunakan algoritma Naranjo.<span class="Apple-converted-space"> </span></em><strong><em>Kesimpulan:</em></strong><em> Pada kasus ini EM disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas obat. Dengan diagnosis dini, identifikasi, dan penghentian agen etiologi serta pemberian terapi yang tepat dapat meningkatkan prognosis.<span class="Apple-converted-space"> </span></em></p> Hillary Fungestu Yoedyanto Copyright (c) 2024 Hillary Fungestu Yoedyanto https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 https://ojs.perdoski.id/index.php/mdvi/article/view/477 Mon, 30 Sep 2024 00:00:00 +0000 PENGGUNAAN BENANG ASAM POLILAKTAT / POLIKAPROLAKTON YANG DIPERKAYA ASAM HIALURONAT PADA PENUAAN WAJAH https://ojs.perdoski.id/index.php/mdvi/article/view/380 <p><strong><em>Pendahuluan: </em></strong><em>Tarik benang merupakan suatu prosedur di mana benang bioabsorbable dimasukkan di bawah kulit yang bertujuan untuk melawan ptosis gravitasional dan mengangkat jaringan ke atas secara invasif minimal. Inovasi terbaru menggunakan benang yang terbuat dari poly-L-lactic-acid/polycaprolactone (PLLA/PCL) yang diperkaya hyaluronic acid (PLLA/PCL/HA) telah banyak diminati. Penambahan HA berperan sebagai antioksidan, pelembap, dan biomaterial untuk penyembuhan luka. Laporan kasus ini disusun untuk menggambarkan efektivitas yang signifikan dari tarik benang yang menggunakan PLLA/PCL/HA pada penuaan wajah. </em><strong><em>Ilustrasi kasus: </em></strong><em>Terdapat dua orang pasien, seorang wanita (40 tahun) dan seorang pria (48 tahun) dengan fototipe kulit Fitzpatrick III-IV, yang mengalami penuaan wajah sepertiga tengah dan bawah dengan pengenduran sedang hingga sangat berat menurut skala penilaian fotografik Ezure. Kedua pasien menjalani prosedur tarik benang menggunakan empat benang PLLA/PCL/HA pada masing-masing sisi wajah. Tindak lanjut dilakukan setelah tiga bulan dengan hasil perbaikan klinis yang sangat baik. </em><strong><em>Kesimpulan: </em></strong><em>Benang PLLA/PCL generasi baru yang diperkaya HA memberikan efek pengangkatan kulit yang lebih bertahan lama, efek peremajaan yang lebih baik dalam perbaikan tekstur, kerutan, skar, dan perubahan volumetrik wajah sehingga efektif dalam penanganan penuaan wajah sepertiga tengah dan bawah.<span class="Apple-converted-space"> </span></em></p> Rudi Chandra, Lilik Norawati Copyright (c) 2024 Rudi Chandra https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 https://ojs.perdoski.id/index.php/mdvi/article/view/380 Mon, 30 Sep 2024 00:00:00 +0000 HUBUNGAN TRANSEPIDERMAL WATER LOSS TERHADAP DERAJAT KEPARAHAN PADA PASIEN PSORIASIS VULGARIS https://ojs.perdoski.id/index.php/mdvi/article/view/437 <div> <p><strong><em>Pendahuluan:</em></strong><em> Psoriasis Vulgaris (PV) yaitu penyakit kulit yang bersifat kronis residif, ditandai adanya bercak eritema berbatas tegas disertai skuama tebal berwarna putih mengkilap dengan predileksi di daerah siku, lutut, punggung, kuku jari dan kulit kepala. Skala pengukuran yang paling umum digunakan dalam mengidentifikasi keparahan psoriasis adalah nilai Psoriasis Area Severity Index (PASI). Kerusakan barier kulit dan penyakit sistemik seperti psoriasis dapat menyebabkan gangguan transepidermal water loss (TEWL). </em><strong><em>Tujuan: </em></strong><em>mengetahui nilai TEWL terhadap derajat keparahan PV berdasarkan skor PASI di Rumah Sakit Dr. Moewardi. </em><strong><em>Metode:</em></strong><em> Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan studi potong lintang dengan metode consecutive sampling yang dilakukan pada pasien dengan diagnosis PV di Poliklinik Kulit dan Kelamin RS Dr. Moewardi Surakarta. Foto klinis pasien dilakukan untuk menilai skor PASI serta pengukuran TEWL menggunakan alat tewameter setelah dilakukan aklimatisasi. Semua data dianalisis secara statistik menggunakan Statistical Package for the Social Scient (SPSS) versi 21 kemudian dilakukan uji korelasi Spearman rank dan nilai p &lt;0,05 dianggap terdapat hubungan signifikan. </em><strong><em>Hasil:</em></strong><em> Dua puluh enam pasien memenuhi kriteria inklusi. Berdasarkan skor PASI didapatkan 12 pasien dengan derajat psoriasis berat, 3 derajat sedang, dan 11 derajat ringan. Nilai TEWL pada psoriasis ringan, sedang, dan berat masing-masing adalah 8,59+5,82, 9,60+5,27, dan 16,65+6,26. Analisis statistik memperoleh korelasi yang sangat kuat antara TEWL dan tingkat keparahan PV (r=0,621; p=0,001). </em><strong><em>Kesimpulan: </em></strong><em>Terdapat hubungan yang signifikan antara TEWL dengan derajat keparahan PV yang dinilai berdasarkan skor PASI.<span class="Apple-converted-space"> </span></em></p> </div> Anindya Oktafiani, Muhammad Eko Irawanto Copyright (c) 2024 anindya oktafiani, Muhammad Eko Irawanto https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 https://ojs.perdoski.id/index.php/mdvi/article/view/437 Mon, 30 Sep 2024 00:00:00 +0000 AGEN BIOLOGIS UNTUK ANAK DENGAN PSORIASIS SEDANG-BERAT: TINJAUAN SISTEMATIS DAN META-ANALISIS https://ojs.perdoski.id/index.php/mdvi/article/view/474 <p><strong><em>Pendahuluan:</em></strong><em> Agen biologis mulai diterapkan sebagai terapi untuk psoriasis derajat sedang-berat pada anak, namun tingkat efektivitas dan keamanannya pada populasi ini belum sepenuhnya diketahui. </em><strong><em>Tujuan:</em></strong><em> Mengevaluasi efektivitas dan keamanan agen biologis pada anak dengan psoriasis derajat sedang-berat. </em><strong><em>Metode:</em></strong><em> Penelusuran database medis secara sistematis dilakukan untuk mengumpulkan penelitian RCT yang mengevaluasi penggunaan agen biologis pada anak dengan psoriasis derajat sedang-berat. Penilaian kualitas studi dan pengumpulan data menggunakan aplikasi RevMan 5.4. </em><strong><em>Hasil:</em></strong><em> 8 RCT dari 233 studi yang memenuhi kriteria dimasukkan dalam tinjauan sistematis dan meta-analisis ini. Ustekinumab, etanercept, ixekizumab, adalimumab dan secukinumab efektif dalam memperbaiki tingkat keparahan psoriasis pada anak (RR = 6,55, 95% CI [1,88, 22,78]) berdasarkan area psoriasis dan indeks keparahan 100 (PASI 100) dibandingkan dengan plasebo. Ustekinumab memiliki tingkat respons yang lebih tinggi pada semua kelompok biologis (PASI 75; RR=7.35, 95% CI [2.89, 18.68]), (PASI 90; RR=15.64, 95% CI [2.73, 41.56]). Agen biologis terbukti aman dengan risiko efek samping yang rendah. </em><strong><em>Kesimpulan: </em></strong><em>Agen biologis adalah terapi pilihan yang efektif dan aman untuk anak dengan psoriasis sedang hingga berat. Agen biologis secara signifikan meningkatkan perbaikan penyakit dan kualitas hidup anak dengan psoriasis, namun belum diterapkan secara praktik di Indonesia karena dibatasi oleh harga yang relatif tinggi.</em></p> Erlinda Karyadi, Monica Trifitriana, Yuli Kurniawati, Luh Putu Mahatya Valdini Putri, Riany Jade Sabrina Toisuta, Risma Orchita Agwisa Fitri, Fatima Aulia Khairani Copyright (c) 2024 Erlinda Karyadi, Monica Trifitriana, Yuli Kurniawati, Luh Putu Mahatya Valdini Putri, Riany Jade Sabrina Toisuta, Risma Orchita Agwisa Fitri, Fatima Aulia Khairani https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 https://ojs.perdoski.id/index.php/mdvi/article/view/474 Mon, 30 Sep 2024 00:00:00 +0000